Hallo everyone, apa kabar?
Masih sehat dan bahagia, bukan.
Sabtu lalu, Komunitas Traveler Kompasiana sudah mengajak kalian jalan-jalan ke Ukraina, tepatnya ke Kiev dan Chernobyl. Dua kota penting di negara yang sedang dirundung malang.
Bekerjasama dengan Jurusan Bahasa Inggris Universitas Negeri Surabaya dan Jurusan Bahasa Inggris Universitas Pamulang, Koteka berhasil menjaring 100 peserta. Acara dibuka oleh MC dari mahasiswa UNESA, Kamilah Syadz Tasyakurina dibantu Fajar dalam berbagi layar. Sedangkan sambutan dilakukan oleh ibu Kajur Bahasa Inggris UNESA Dra. Pratiwi Retnaningdyah, Ph.D dan dosen Reading dari Universitas Pamulang May Triranto Maharini.
Ibu Kajur mengatakan bahwa ini merupakan kerjasama yang baik dan perlu dilanjutkan. Sedangkan mbak May memandang bahwa kegiatan zoom dalam bahasa Inggris bersama Koteka adalah wujud dari "Merdeka Belajar" atau free learning yang membantu mahasiswa untuk semakin maju dan menerapkan ilmu dari bangku kuliah. Networking memang satu spirit di Kompasiana yang luar biasa.
Narasumber Dr. Giorgio Gonnella dari Italia yang tinggal di Jerman dan bekerja di Universitas Kiel, Jerman mengatakan bahwa pertama kali datang ke Ukraina, sedikit bingung karena bahasa dan tulisannya susah dibaca. Seperti diketahui, Ukraina memiliki huruf yang hampir mirip dengan Rusia. Pastinya, mereka memiliki ikatan khusus di masa leluhurnya. Semoga damai di bumi segera tiba.
Giorgio menggambarkan keindahan bangunan dan patung-patungnya. Salah dua patung yang dikenangnya adaah Sholonm Aleichem (yang kalau diucapkan mirip Assalamu'alaikum). Patung pertama itu adalah seorang humorist/satirist. Patugn kedua adalah patung seorang perempuan dan laki-laki yang berpelukan. Diceritakan bahwa itu adalah kisah dari PD II di mana seorang perempuan terpisah dengan si pria yang ikut perang pada tahun 1943 dan baru bertemu pada tahun 2004. Ditambahkannya, bahwa arsitektur Ukraina sangat indah, elegan, berwarna, terawat dan bersih. Sayang sekarang pasti sudah pada hancur.
Selain menikmati kedua jenis obyek wisata, Gio juga merekomendasikan taman. Di sana sudah biasa kalau orang nongkrong di taman ketika matahari nongol. Ada yang main musik, baca buku, bersendau gurau, ngobrol, melukis atau sekedar rebahan di rumput. Kalau kita pasti udah mencari pohon untuk duduk di bawahnya, supaya nggak tersengat matahari dan gosong.
Untuk Chernobyl, ia datang khusus karena tertarik dengan sejarah kota yang meledak karena radio aktif. Di sana, ia mengukur sudah ada di angka 0,23 padahal normalnya adalah 0,1. Sedangkan radar yang digunakan untuk memantau serangan Amerika di sana dibiarkan mangkrak karena rusak tapi tidak diurus supaya diperbaiki demi keamanan negara.
Ketika jalan-jalan di sana, banyak pohon yang berbuah dan buahnya berjatuhan di mana-mana. Ngiler juga mau makan ya, tapinya kan sudah terkena radio aktif?
Nah, dari Ukraina, Koteka mau mengajak teman-teman ke negara tetangganya yakni Polandia. Negara ini ternyata punya bendera berwarna dua seperti Indonesia yakni, putih dan merah. Hanya saja kebalik.
Adalah Dr. Teija Gumilar, dosen di Universitas Bygdoszcz di Poznan, Polandia. Ia menceritakan bagaimana dari waktu ke waktu banyak pengungsi Ukraina yang memasuki Polandia untuk mencari perlindungan karena negaranya hancur diserang Rusia. Ia dan keluarganya berniat untuk menampung keluarga yang memiliki anak kecil.
Bagaimana sebenarnya kondisi mereka di lapangan? Apa bantuan masyarakat Polandia terhadap mereka? Bagaimana pula dengan langkah yang diambil pemda setempat berkaitan dengan hal itu? Apakah betul ada pelecehan seksual terhadap para pengungsi karena penampung menyalahgunakannya?
Baiklah, untuk tahu banyak tentang hal itu dan sedikit jalan-jalan ke Poznan tempat sang dosen tinggal bersama istri dan anaknya, kami ajak kalian untuk hadir pada Kotekatalk-81 pada:
Jangan lupa daftar dan mencatat dalam kalender supaya nggak lupa.
Jumpa Sabtu. (GS)