Hi, everyone. Apa kabar?
Masih sehat dan bahagia?
Sabtu lalu, mimin sudah mengajak kalian keliling Indonesia. Melalui admin Koteka, Gana Stegmann, kita sudah diajak untuk tahu bagaimana keindahan Borneo alias Kalimantan.
Narasumber yang datang dari Jerman bersama keluarganya, menginap di kapal klotok selama 3 hari 2 malam untuk menyusuri hutan Kalteng, di mana ada habitat orang utan. Taman nasional Tanjung Puting ini memang patut direkomendasikan.
Rasanya berada di kapal katanya sangat menenangkan, santai dan menarik. Pemandangan nipah, nanas hutan, hewan-hewan yang bergelantungan di pohon, semuanya merupakan pemandangan luar biasa yang hanya bisa didapatkan di sana. Rasanya berada di taman safari tanpa batas itu sesuatu. Nggak rugi jauh-jauh datang ke sana.
Sayangnya, kapal-kapal klotok banyak yang rusak selama pandemi karena tidak dipakai hingga mangkrak, tidak ada dana masuk untuk pengelolaan sehingga musim liburan, wisatawan harus rebutan karena jumlahnya sedikit.
Karena habis, beberapa turis naik kapal boat yang nggak bisa untuk romantisan menginap atau candle light dinner sama kunang-kunang. Atau ikut kapal nelayan yang pasti ada resiko dilahap buaya karena permukaannya hampir rata dengan air, dibanding klotok atau speed boat. Oh, iya. Kapal yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi itu paling tidak seharga 500 juta.
Sungai Sekonyer sendiri, konon diambil dari nama kapal Belanda Lonen Konyer yang berperang dengan gerilyawan Indonesia zaman penjajahan. Sungai itu dulu juga disebut sungai buaya karena banyak buaya muaranya. Sekarang ini mungkin buayanya pada ngumpet karena semakin banyak wisatawan yang melewati sungai untuk mengunjungi kawasan taman nasional. Gana hanya melihat satu buaya saja selama tiga hari, bukankah jumlahnya ratusan?
Pengalaman trekking dan melihat orang utan dengan jarak 1-2 meter itu luar biasa. Mereka manis, nggak ganggu. Ada orang utan gede yang mirip artis. Terkenal dengan nama Tom, pejantan yang paling menang dan menjadi pujaan para betinanya.
Pas habis acara memberi makan, ia birahi dan melakukan adegan seks di atas panggung. Sebuah tontonan yang tidak terduga, membuat beberapa turis dan traveler tersipu malu. Apa boleh buat? Pawang pun tak berani membubarkannya.
Narsum menceritakan pengalamannya di tiga tempat, Tanjung Harapan, Pondok Tanggui dan Camp Leakey.
Jangan kaget, ya, justru banyak orang asing yang peduli terhadap keselamatan orang utan Indonesia. Kita nggak boleh kalah, ya? Salah satunya adalah dengan mengunjungi tempat ini, karena tiket masuknya sudah termasuk sumbangan untuk orang utan. Orang asing ditarik 500 ribu di sini, lho.
Supaya bisa ke sana, mungkin ada bagusnya rombongan, karena harga kapal bisa dibayar patungan.
Gana mengatakan bahwa harga kapal bervariasi bergantung ukuran, desain dan fasilitas yang ada di dalamnya.
Tapi pada dasarnya, tujuan tripnya mirip-mirip. Untuk mendapatkan harga yang aman, mencari di google dengan kata kunci; Tanjung Puting tur - promo!
Gana mendapatkan harga promo 2,5 juta per orang . Namun ternyata itu untuk group. Jika privat harganya menjadi Rp 2,750,000 untuk berempat (bapak, ibu dan dua anak). Crew kapal sendiri ada 4 (pilot, co-pilot, tukang masak, guide).
Baiklah. Dari Indonesia, mimin ajak kalian ke Korea Selatan. Negeri yang pastinya menjadi pujaan kebanyakan generasi muda gaul Indonesia zaman now ini, menjadi tempat salah satu admin Koteka, Ony Jamhari pernah mengadu nasib.
Ia akan berbagi rasanya bekerja sebagai senior manager di Solbridge International School of business di Woosong university dan bermukim di Korsel.
Bagaimana ia bisa mendapatkan pekerjaan di sana? Berapa ya, gaji orang asing di Korsel dibanding orang lokal? Apa saja makanan Korsel yang menjadi makanan sehari-hari mas Ony? Apakah ia lebih banyak masak makanan Indonesia karena rindu kampung halaman? Tempat wisata mana saja yang sudah ia kunjungi? Apakah betul wanita Korea cantik-cantik dan langsing? Meskipun Korsel adalah negara Asia, apakah mas Ony juga shock dengan budayanya? Apa perbedaan mencolok antara kedua negara? Apa pula persamaannya? Walau Korsel itu tampak berkilau, mengapa mas Ony lebih memilih kembali ke tanah air ketimbang jadi orang Korea?
Untuk tahu jawabannya, kita akan mengundang mas Ony demi membeberkan semuanya pada Kotekatalk-105 pada:
Jika kalian, ada teman, tetangga, saudara yang sangat bermimpi untuk pergi ke Korsel, ingin bekerja di sana, nampaknya sayang banget kalau nggak menyimak talkshow Komunitas Traveler Kompasiana ini. Siapa tahu, mimpi ke Korsel atau bekerja di sana akan terwujud, setelah menyimak Kotekatalk bersama mas Ony. Keren, kan.
Tunggu apa lagi? Catat dalam kalender kalian. Dan ... jumpa Sabtu.
Salam Koteka. (GS)