Hi, everyone, apa kabar?
Sehat dan bahagia?
Sabtu lalu Mimin Koteka sudah mengajak kalian jalan-jalan ke Dubai. Bekerja sama dengan KJRI Dubai dan Kantor Urusan Internasional Universitas Persatuan Guru Indonesia Semarang, sudah menghadirkan bapak Konsul Jendral, K. Candra Negara untuk berbagi informasi tentang sekilas Dubai dan situasi pandemi di sana.
Acara dibuka moderator Gana Stegmann, Kompasianer of the year 2020. Ia membacakan CV bapak Konjen dan mempersilakan bapak Candra untuk menyampaikan informasi seputar Dubai.
Bapak Konjen adalah lulusan Jurusan Hubungan Internasional Universitas Airlangga, Surabaya tahun 1993. Kemudian beliau melanjutkan kuliah Master in Global Management and Development, Universitas Antwerp RUCABelgia sampai 1999.
Sejak tahun 2015 -- 2018 menjabat sebagai Minister Counsellor bagian ekonomi di KBRI Ottawa, Kanada. Tahun 2018 -- 2019 dipercaya sebagai Director for International Relations di bagian ekonomi kreatif. Tahun 2020 Pak Candra diangkat sebagai director for Inter-Institutional Relations di Kemenparekraf. Sejak 2021 dipercaya oleh bapak presiden sebagai Konsul Jendral KJRI Dubai.
Namun karena ada acara mendadak bersama dubes KBRI Abu Dhabi, Bapak Candra pamit selama beberapa menit dan acara diisi oleh mbak Nelfi selaku pensosbud KJRI Dubai. Informasi tentang sejauh mana hubungan Indonesia dengan Dubai disampaikannya.
Wah, sudah banyak kerja sama yang dibina selama ini. lho. Misalnya ada MOU di bidang kebudayaan, yakni dengan pemutaran film "KKN" pada HUT-77 RI, juga ITPC perdagangan ekonomi Indonesia-Dubai dan masih banyak lagi.
Dalam perayaan HUT RI ternyata nggak hanya diwarnai dengan upacara bendera, ada lomba badminton, futsal dan bowling. Lalu, buat kalian yang tinggal di sekitar Dubai bisa ramai-ramai menyaksikan pesta rakyat, panggung gembira tanggal 15 Oktober nanti dan masih banyak lagi.
Kayaknya, Indonesia akan pindah selama sehari. Betul, bakalan serasa di kampung halaman, padahal di negeri orang! Ada orang Indonesia, ada tarian Indonesia, ada musik Indonesia dan yang paling heboh makanan dan minuman khas tanah tumpah darah kita. Seru, bukan.
Mengingat 56 peserta kebanyakan adalah dosen dan mahasiswa, selain traveler, mbak Nelly menceritakan banyak mahasiswa yang mendapat beasiswa ke negeri UEA ini. Terutama di Universitas Al Qasimia, Sharjah.
Sharjah adalah satu dari 7 negara bagian Uni Emirate Arab. Untuk informasi selengkapnya, bisa ditanyakan langsung ke PPI di Dubai. Nomornya sudah dibagi dalam kolom chat zoom waktu itu.
Sembari menunggu bapak Konjen kembali ke ruangan talkshow, moderator memutarkan clip dari instagramnya yang menunjukkan kehebohan landmarks di Dubai.
Misalnya kelap-kelip lampu gedung Burj Kalifa, liukan air muncrat di depan Dubai Mall yang diiringi lagu-lagu kesukaan Syeh dan Sky Walk (bisa dinikmati dengan gratis setiap hari mulai pukul 18.00), bagi para travelers yang doyan adu adrenalin karena lantai yang dipijak adalah gelas.
Serasa berjalan di atas udara. Padahal di bawahnya adalah sliweran mobil yang tampak kecil seperti tamiya dan gedung yang menjulang serasa mencakar kaki. Berani mencoba? Ketiganya masuk dalam kategori "must visit."
Selain itu, moderator menampilkan layarnya untuk berbagi video youtube durasi 10 menit yang menggambarkan keindahan tempat wisata buatan manusia di sana, yang bisa dikunjungi. Karena harganya nggak murah, nabung dulu, yuk!
Tak berapa lama, bapak Konsul Jendral memasuki ruangan. Bapak Candra memasuki wilayah Dubai sejak September 2021. Iya, masih dalam suasana pandemi, masih banyak aturan ketat di sana. Namun, negara itu segera mengganti peraturan sehingga daerahnya ramai dikunjungi warga dunia.
Bapak Candra, penyuka kuliner ini memang tidak banyak menjelajah Dubai hingga 2022 ini karena kesibukan beliau menjadi pimpinan KJRI Dubai, namun untuk tempat wisata mainstream sejenis Burj Kalifa sudah beliau kunjungi.
Bapak Konjen memandang bahwa Dubai cerdik mengantisipasi kehabisan minyak yang sudah disedot tahun 1970-an. Mengubah kota menjadi metropolis dan nyaman bagi seluruh warga dunia, membuatnya menjadi incaran para travelers.
Ide brilian membuat gedung pencakar langit yang bisa menjadi obyek wisata, tempat tinggal bagi warga asing yang bekerja sebagai para ahli di bidangnya di sana, tidak adanya pemungutan pajak, menjadi iming-iming setiap orang "Living in Dubai." Bapak Konjen juga menyarakan kita untuk menyaksikan sendiri kota lama Dubai.
Kota yang menjadi cikal bakal Dubai ini menawan dan menarik untuk diteliti detilnya. Termasuk Gold Shouk dan Spice Shouk yang menjadi bukti nyata betapa dunia perdagangan di Dubai yang sudah turun-temurun ada, memiliki pelabuhan yang kuat dan luas. Nah, kalian ikut terpikat pesona Dubai untuk kuliah, kerja atau jalan-jalan?
Yang ingin mengais rejeki di sana? Satu pesan dari bapak Konjen; bekerjalah di sektor selain bagian domestik, yang banyak dicap orang sebagai TKI/TKW.
Banyak kasus yang merepotkan negara sehingga ada keputusan dari pemerintahan RI bahwa pengiriman asisten rumah tangga di 19 negara di Timur Tengah dihentikan.
Saat ini, bapak Konjen dan tim sedang menangani kasus yang sudah 5 tahun belum juga tuntas. WNI kita dituntut hukuman mati dan tim berusaha memintakan maaf pada keluarga yang menuntut.
Betul, jangan memalukan negara dan menyusahkan abdi negara. Jika ingin bekerja di sana, bapak Candra sangat mendukung, asal di sektor lain seperti hospitality (restoran, cafe, hotel, tempat wisata), lebih bagus lagi kalau sebagai para ahli di bidang teknik, kedokteran, pendidikan atau bisnis.
KJRI memang berusaha memberikan pelayanan terbaik, melindungi WNI di wilayah Dubai. Bantuan misalnya berupa sokongan finansial, hukum (polisi, hakim, pendampingan, santunan di penjara, pemaafaan dari keluarga korban) dan masih banyak lagi.
Beberapa pertanyaan dilontarkan mahasiswa UPGRIS Semarang. Selain informasi beasiswa di sana, ada pertanyaan tentang "ministry of happines." Dijelaskan bapak Konjen bahwa departemen ini sudah tidak ada dan bergabung dengan departemen lain.
Kementerian kebahagiaan itu dulunya memang berkompeten dalam mengurusi tetek bengek di negara itu supaya semua berjalan dengan baik, supaya orang bahagia dan nyaman berada di UEA. Sekarang bisa saja ditiadakan karena dirasa semua sudah merasa aman, nyaman dan bahagia.
Terima kasih atas kehadiran bapak Konsul Jendral Konsulat Jendral Republik Indonesia di Dubai dan team KJRI yang mendukung lancarnya acara. Semoga kerjasama akan berlanjut, seperti rancangan "Workshop content creator bersama Kompasiana." Kita tunggu, ya.
Baiklah, dari Dubai, Komunitas Traveler Kompasiana mengajak kalian untuk kembali ke bumi nusantara. Koteka ingin berbagi seri "Wonderful Indonesia" supaya kita semakin cinta Indonesia dan nggak akan pernah melupakan keindahannya di manapun kita berada.
Yup. Kali ini ke Bali. Di sana ada I Wayan Wardika, SST. Par. selaku founder Tegal Dukuh Camp, Taro, Bali. Selain itu beli Wayan juga menjadi Founder of Rumah kompos Taro (Now Yayasan Reka dan founder of The Fireflies Garden, Taro. Kunang-kunang, jangan kau pergi!
Taro? Desa Taro sendiri ada di kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Propinsi Bali. Daerah yang memiliki aneka ragam keindahan alam dan budaya sejak abad-8. Mau ke sana?
Desa ini berjarak kira-kira 40 km dari Denpasar. Sebagai bagian dari kawasan Munduk Gunung Lebah, desa ini dikenal sebagai dataran tinggi yang membujur dari utara ke selata.
Dua sungai yang mengapit desa namanya sungai Oos Ulu Luh di sebelah Barat dan sungai Oos Ulu Muami di sebelah timur. Asyik banget, melihat kehijauan daerahnya dan derasnya air yang melimpah menyuburkan tanah.
Selain wisata agro, kalian juga bisa melihat fauna yang menarik seperti lembu putih (albino) yang hanya ada di sana dan menjadi pelengkap upacara adat, serta gajah.
Ingin ke sana? Ingat pantangannya, ya? Dilarang berkata kasar atau menyakiti lembu sakral Desa Taro. Siap berangkat? Belum? Paling enggak, gabung dulu di Kotekatalk-109 membahas tentang desa wisata secara general, deh.
Beli Wayan yang pernah menjadi peserta Australia-Indonesia Youth Exchange dan peserta Internship Program, Suntec City Singapore itu akan berbagi informasi tentang "Peran Desa Wisata dalam Mendukung G-20 dan Recovery Tourism." Sebentar lagi acara puncak pertemuan G-20 yang ke-17 akan diadakan di Bali.
Apa itu desa wisata? Mana saja desa wisata unggulan Bali? Bagaimana persiapan desa-desa wisata di sana? Mengapa beli Wayan terinspirasi untuk memunculkan desa wisata Taro?
Bagaimana pengalaman dalam memperkenalkan dan mengembangkan sebuah desa wisata? Apa tanggapan wisata lokal dan asing terhadap desa-desa tersebut? Apakah harga yang ditawarkan damai di kantong traveler lokal?
Untuk tahu banyak jawabannya, kami ajak kalian untuk bergabung pada;
Kalau kalian ngaku cinta Indonesia, jangan pernah kelewatan untuk menikmati desa wisata di seluruh tanah air Indonesia. Lewat obrolan nanti, diharapkan akan semakin semangat travelers Indonesia di Kompasiana untuk menjelajah negara sendiri daripada negeri tetangga.
"Ke Bogor jangan lupa mampir istana. Di istana ada bunga Raflesia. Bersama Komunitas Traveler Kompasiana, kita bangkitkan pariwisata Indonesia." (Sandiaga Uno, Kotekatalk-83, 2 April 2022).
Jumpa Sabtu! Mari kita dukung "Wonderful Indonesia."
Salam Koteka.(GS)