Hi, everyone, apa kabar?
Masih sehat dan bahagia?
Sabtu lalu, mimin sudah mengajak kalian untuk mengetahui tentang perjalanan Komunitas Traveler Kompasiana bersama 25 traveler di Kompasiana untuk menelusuri 5 kampung wisata di kota Bogor.
Mengusung tajuk "Wonderful Indonesia: Lebih Seru di Kota Bogor", Koteka bekerja sama dengan dinas Pariwisata kota Bogor dalam hal ini Kabidnya, Ara Wiraswara telah mengupas banyak tentang kesan panitia, pengalaman peserta trip dan tanggapan dari peserta zoom yang hadir.
Moderator Gana Stegmann, selaku Kompasianer of the year 2020 membacakan CV dari narsum lalu mempersilakannya untuk berbagi pengalaman mengawal Kotekatrip-4. Sebanyak 12 peserta menyimak penuturan Kabid Dinas Pariwisata Kota Bogor itu.
Awalnya Kang Ara mengaku deg-degan karena event besar yang diselenggarakan Bogor, yakni festival bunga dan buah diadakan Jumat-Minggu. Pembukaan pada hari Jumat menguras energi yang luar biasa.
Syukurlah, acara Kotekatrip-4 berjalan dengan lancar tanpa kendala. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya peserta tetap diantar keliling dengan UNCAL, kendaraan wisata unik milik kota Bogor yang mirip dengan Bandros di kota sebelah. UNCAL sendiri adalah desain dari bapak Gubernur.
Sebagai saksi mata dari Kotekatrip-4, kang Ara sempat deg-degan apakah peserta yang dari berbagai usia, nggak hanya yang muda tapi lansia juga ikut itu akan bisa berjalan dengan baik, mengingat acara digelar seharian dan walaupun ada UNCAL tetap didesain sebagai "walking tour."
Dimulai dari kampung Cibuluh. Di sana ada 4 galeri yang dikunjungi dari 8 galeri yang ada. Kang Ara menjelaskan bahwa kampung itu merupakan bantuan dari pemerintah provinsi Jawa Barat. Ke sana jangan hanya terpesona dengan batiknya saja, ya. Ada brownies rebung yang bikin perut jadi manja.
Berikutnya adalah kampung pulo Geulis. Sebelum mengajak peserta untuk melihat kelenteng, rombongan Barongsay sudah mempesonakan tiap mata dengan gerakan dan musik yang rancak.
Ketiga, ke kampung Labirin. Namanya saja Labirin, jalannya muter-muter, banyak jebakan batman. Makanya disarankan untuk membawa guide. Untung ada guide dari dispar Bogor. Jalan menuju kampung ini sangat jauh dan di bawah terik matahari yang panas.
Marawis menyambut kedatangan wisatawan lokal dengan kudapan kuliner dan tarian. Lain kali kata kang Ara harus dibuat lagi acara ke sana lantaran ada area rafting yang menarik untuk dicoba. Sudah pernah rafting, kan? Adrenalin!!!
Selanjutnya, group Kotekatrip-4 menapaki kampung Agro Edu wisata Mulya Raharja. Di sanalah peserta baru bisa makan siang pukul 13.30! Telat banget ya, pasti para cacing sudah menggeliat di dalam perut minta diisi.
Untungnya para peserta sabar, dan lagi bukankah sudah disogok dengan jajanan dari sponsor seperti Wingko Lembut dari Cassandra, minuman palanya mbak Nisa dan snack JUMBO (Jumoa Bogor) dari Mbak Rara. Di kampung alami ini, peserta makan, swafoto di antara persawahan.
Terakhir adalah kampung Perca di Taju. Banyak sekali hasil dari UMKM yang menyukap kain perca menjadi sesuatu yang menjual dan indah untuk dipakai atau sebagai dekorasi. Luar biasa. Acara baru usai saat maghrib.
Salah satu peserta trip yang hadir dalam talkshow, Ednadus mengatakan bahwa menurutnya acara OK banget, bersyukur bahwa ia terjaring sebagai peserta. Maklum, kuota terbatas. Cowok yang follower instanya sudah 11 K itu nggak menyangka bahwa yang ikut acara dari beragam kalangan dan usia. Menurutnya, lain kali harus on time, karena agak molor dimulai.
Ira, travel guide dari Wisata Kreatif Jakarta yang ikut sebagai peserta menyempatkan diri untuk memberikan kesan pesan acara. Ia yang sedang mengantar turis jalan-jalan itu mengatakan bahwa ia memang bela-belain ikut lantaran acara kotekatrip dianggapnya keren. Banyak pengalaman baru anti mainstream yang dinikmatinya dan menjadi inspirasi jalan-jalan di masa mendatang.
Coba, deh, ia baru tahu kalau ada 8 desa wisata di Bogor. Padahal baru 5 yang dikunjungi, kemaren-kemaren ke mana, kok nggak tahu? Iya, mbak Ira baru tahu kalau di Bogor ada kampung batik di mana ia bisa melihat kerajinan batik, cara membatik, membeli hasil kerajinannya tanpa jauh-jauh ke Jogja, Solo atau Pekalongan.
Mbak Ira mengaku, ia sudah pernah naik sepeda di kampung Mulya Raharja. Ini icon yang bagus karena sawah kok, di tengah kota. Aneh bin ajaib. Biasanya yang ada kan gedung tinggi dan mal di tengah kota?
Di Kampung toleransi, ia sudah biasa membawa turis ke sana karena sejarah adalah interest dari mbak Ira, misi dari Wisata Jakarta yang diusungnya selama ini.
Di Kampung Labirin, ia senang karena ramai. Ada anak-anak main angklung mengucapkan selamat datang kepada peserta Kotekatrip-4, tarian dan fashion show.
Mas Ony Jamhari, ketua Koteka 2022 juga hadir untuk membagikan kesan dan pesannya selaku panitia gabungan. Sebagai orang yang sudah lama tinggal di Bogor karena karir, ternyata banyak sekali tempat di pelosok yang membuatnya terkejut, "ada ya, tempat bagus seperti ini di Bogor dan baru saja dikunjungi."
Meski sempat bergabung pada sore hari karena ada acara seminar, mas Ony merasa menikmati sekali jalan-jalan bersama rombongan. Selaku ketua dan pribadi, mas Ony mengucapkan terima kasih kepada dispar kota Bogor dalam hal ini diwakili Kang Ara, Nurul, dan Mira yang membantu panitia dalam persiapan dan menjalankan acara di lapangan pada hari H, termasuk para sponsor. Tanpa kerjasama network yang erat, acara tidak akan bisa diselenggarakan dengan baik.
Mbak Nisa, selaku salah satu sponsor yang hadir juga mengatakan sangat senang dicolek mas Ony untuk menjadi sponsor acara. Kepercayaan panitia dalam memperkenalkan produk UMKM ini sebuah terobosan yang baik.
Ia juga mengusulkan andai hasil UMKM diberikan tempat stragegis seperti halte bus, stasiun kereta dan lainnya, di mana ada vending maschine untuk menjual produk UMKM nya.
Ditanggapi kang Ara bahwa mesin itu investasinya mahal, sudah ada di beberapa titik tapi belum merata karenanya. Tapi dianggapnya ini usul yang bagus karena dengan begitu produk akan cepat dikenal masyarakat yang hilir mudik di sana.
Berkenaan dengan wisata di Bogor, mbak Siti dari Bonn yang menjadi peserta Kotekatalk-114 juga mengusulkan supaya nanti suatu hari ketika Bogor sudah menjadi tempat wisata andalan bagi wisatawan lokal dan mancanegara, harganya tidak dibedakan jauh. Selama ini harga tiket di Borobudur misalnya atau tempat-tempat iconic lainnya harganya sangat menjulang bagi wisatawan asing.
Kang Arka membenarkan apa yang disampaikan mbak Siti. Dan menyetujui jika perbedaannya tidak dilakukan secara mencolok.
Ditambahkan oleh mbak Dyah dari Hamburg. Ia ada ide jika paket wisata yang akan dipasarkan ke turis asing disesuaikan dengan kebutuhan. Contohnya dari faktor privasi. Ini sangat berbeda dengan sudut pandang orang Indonesia. Makanya, ini harus dikaji lagi.
Dari Bogor, kita ke Jakarta, deh....
Yup. Kompasiana ultah ke-14. Sudah ABG. Banyak sekali kemajuan yang diraih. Tapi tentu saja ada catatan yang harus diperbaiki di masa mendatang. Untuk itu, Koteka mengangkat tema "Warna-Warni Kompasianival" dengan mengundang mbak Wahyu Sapta, sebagai The Best in Fiction tahun 2018. Ia sudah hadir pada tahun 2017 sebagai kandidat salah satu award.
Jauh-jauh dari Semarang, mbak Wahyu datang ke pesta blogger akbar di tanah air. Mengapa? Apa yang diharapkan mbak Wahyu ke Jakarta?
Ada pengalaman tak terlupakan di sana? Siapa suruh mbak Wahyu ke Jakarta? Naik apa ke sana? Mengingap di mana? Berapa budgetnya? Bagaimana rasanya menjadi salah satu Kompasianer yang dianugerahi penghargaan bergengsi bagi para blogger di Kompasiana?
Ada narsum kedua, mbak Riap Windu. Wanita di Jakarta ini sangat rajin mengikuti kegiatan online dan off line di Kompasianival. Untuk itu nggak salah kalau mbak Riap yang sudah ikut hadir di acara Kompasianival sejak 2015 sampai 2021 itu kita tanya-tanya bagaimana menurutnya penyelenggaraan kompasianival dari tahun ke tahun tersebut.
Sudah ketemu dengan Kompasianer siapa saja? Apa yang hebat? Apa yang kurang? Mengapa ia bertekat untuk selalu hadir di pesta Kompasiana dot com ini? Apa harapannya di Kompasianival mendatang?
Untuk menggali lebih banyak jawabannya, mimin ajak kalian untuk hadir dalam Kotekatalk-114 pada:
Bagi kalian yang baru saja bergabung dengan Kompasiana tahun ini dan belum pernah mengalami ikut pesta Kompasianival, acara tahunan ini pasti menarik. Banyak kegiatan yang digeber, mulai dari workshop, seminar, game, musik....heboh!
Supaya tahu, apa alasan kuat Kompasianer untuk datang ke sana. Yang ini pasti menginspirasi kita semua. Rupanya yang datang tidak hanya yang tinggal di Jakarta saja lho. Dari kota-kota kecil di Pulau Jawa, Sumatra, Sulawesi dan lain-lain juga menyempatkan diri untuk kopdar di moment yang tepat, Kompasianival!!!
Ada apa sih di Kompasianival?
Baiklah. Jangan lupa daftar ya.
Jumpa Sabtu.
Salam Koteka (GS)