Hi, everyone, apa kabar?
Masih sehat dan bahagia, bukan.
Sabtu lalu mimin sudah mengundang kalian untuk mendengarkan cerita mbak Lina Berlina, desainer lurik di Berlin, Jerman yang baru saja datang dari Maroko, Afrika Utara.
Kedatangannya ke sana karena iming-iming kedua putrinya yang sudah tahu betul tempat wisata di negara Islam itu. Ternyata di sana nggak seketat yang orang bayangkan. Maroko sangat terbuka terhadap dunia luar. Apalagi, visa ke sana ternyata bebas. Jadi nggak ribet dong, terbang ke sana.
Mirip kegirangan kita saat berangkat ke negara ASEAN atau Turki, Qatar dan sejenisnya. Tinggal beli tiket, ngepak koper/ransel, udah berangkatttt. Kalau mikirin visa, belum berangkat memang sudah pusing Barbie dulu.
Obrolan tentang alternatif wisata luar negeri seperti Maroko ini pastinya memberikan alternatif keren bagi kita yang suka jalan-jalan. Intinya, nabung dulu!
Diceritakan oleh mbak Lina bahwa bea yang ia keluarkan dari Berlin adalah 760 euro atau sekitar kurang dari 10 juta rupiah. Harga tiket 290 euro ia beli satu minggu sebelum keberangkatan (konon kalau lebih awal lebih murah). Paket tur tiga hari di Sahara adalah 130 euro.
Dengan fasilitas menginap di tenda yang kuat dan kamar mandi yang nyaman dan bersih. Uang saku 350 euro atau 5 juta yang ia siapkan ternyata cukup untuk seminggu perjalanan (di Marakesh 2 hari dan 3 hari di Sahara). Bahkan ada sedikit uang yang ia sedekahkan kepada anak-anak Maroko.
Untuk acara jalan-jalan di kota, ia memilih jalan kaki karena selain santai, bisa melihat semua detil yang dilewati. Sebenarnya dengan taksi tidak juga mahal. Karena ada taksi salome yang walaupun sudah dinaiki penumpang, masih boleh kita setop untuk ikut serta. Beanya sekitar 26 euro atau tergantung jauh dekatnya.
Ditanya tentang rekomendasi tempat wisata apa saja yang sebaiknya kita datangi, mbak Lina yang murah senyum ini menyebut nama Yves St. Laurent, desainer dunia yang kondang dan memiliki kenangan di Maroko semasa hidupnya. Selain itu, ada istana Bahiya, masjid besar Tobia, taman-taman yang tersebar di kota dan Medina.
Jangan lupa kalau ke sana, mbak Lina menyarankan kita untuk tak lupa mencicipi Tajin. Itu adalah makanan khas masyarakat Maroko yang harganya dibandrol 7 euroan atau 90 ribu rupiah. Rasanya macam-macam. Bahkan ketika kembali ke Berlin, mbak Lina sudah mencoba resep Tajin dan menyajikan untuk keluarganya.
Disambungkan dengan world cup, di mana timnas Maroko memenangkan pertandingan melawan Portugal dan mengukir sejarah sebagai negara Islam atau negara Afrika pertama yang mampu berkibar di pesta sepak bola sedunia 2022.
Kita jadi pengen tahu dong, karakter warganya, kok sampai atletnya sampai seheboh itu? Ternyata agak mirip dengan Indonesia, mereka ini memiliki azas kekeluargaan yang tinggi dan ramah sekali. Ditambah, pandai bersyukur! Pas dong, dengan nilai-nilai di negeri kita yang sudah kita kenal sejak masih kecil hingga dewasa.
Nah, makin seru tahu pernak-pernik Maroko bukan. Ya udah, jangan ngiler aja. Bermimpilah bisa ke sana suatu hari nanti.
Dari Maroko, Komunitas Traveler Kompasiana ingin mengajak kalian ke India, di mana ibu Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk India dan kerajaan Bhutan, H.E. Ina Hagniningtya Krisnamurthi akan membeberkan banyak informasi tentang India, di mana beliau mengabdi.
Lebih jauh tentang India, menurut Wikipedia adalah hubungan antara Indonesia dan India telah dimulai sejak zaman Ramayana, "Yawadvipa" (pulau Jawa) disebutkan dalam epos kuno India, Ramayana. Disebutkan Sugriwa, salah satu jenderal Rama mengirim anak buahnya ke Yawadvipa, Pulau Jawa, untuk mencari Shinta.
Orang India telah mengunjungi Indonesia sejak zaman kuno, dan orang Indonesia kuno (Bangsa Austronesia) telah memulai perdagangan bahari di laut Asia Tenggara dan Samudera Hindia.
Orang India purba menyebarkan ajaran Hindu dan banyak aspek lain dari budaya India termasuk bahasa Sanskerta dan Aksara Brahmi.
India telah memainkan peran besar dalam budaya Indonesia, yang merupakan perpaduan dari India, China, Asia Tenggara, dan budaya asli Indonesia. Jejak pengaruh India yang paling terlihat jelas dalam sejumlah besar kata-kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam kosakata Bahasa Indonesia.
Pada dasarnya hubungan yang dijalin sampai hari ini adalah kelanjutan dari sejarah tersebut.
Menurut menteri Piyush, dalam presidensi G20 Indonesia di Bali, India menyatakan keinginannya menjadi anggota Troika dengan Indonesia setelah KTT. Selain pembahasan tentang ekonomi kedua negara, isu kerjasama farmasi juga digagas.
Duta Besar India untuk Indonesia Manoj Kumar Bharti juga optimistis bahwa hubungan India dan Indonesia akan semakin kuat pada masa mendatang. Ia menyebutkan bahwa nilai perdagangan kedua negara saat ini adalah sebesar sekitar 26 miliar dolar AS (sekitar Rp383,7 triliun).
Indonesia memperoleh surplus sebesar hampir enam miliar dolar AS (sekitar Rp88,4 triliun) atas perdagangannya dengan India. Ditambahkannya, ada kesadaran bahwa Indonesia dan India merupakan negara berkembang yang memiliki latar belakang sosial dan budaya yang sama.
Bagaimana dengan kerjasama di bidang sosial, budaya, pendidikan dan wisata antara kedua negara?
Karena Koteka adalah komunitas yang tertarik dengan informasi wisata, gambaran tentang keindahan New Delhi dan sekitarnya akan dikupas di Kotekatalk-121. Silakan bergabung pada:
Teman-teman dari kampus UIN Walisongo Semarang dan UPGRIS PGRI Semarang juga akan diundang untuk bergabung. Makin seru, bukan acaranya.
Makanya, Kompasianer jangan sampai ketinggalan, ya. Link akan dibagikan hari Jumat di group Whatsapp dan Telegram Koteka. Jika belum bergabung, segera join.
Jumpa Sabtu.
Salam Koteka. (GS)